Hujan selalu turun tiba-tiba. Padahal baru beberapa meter gue keluar dari gerbang sekolah. Sekarang memang sedang musimnya air turun berombongan dari atas langit. Tapi anehnya gue tetap saja gak bawa jas hujan. Tak peduli musim hujan. Toh..kalo ujan-ujanan juga kadang enak. Rasanya hidup ini kayak gak ada beban gitu kalo ujan-ujanan, sejuk, segar, aroma hujanpun sangat menggoda. Tapi setelah itu tubuh gue jadi kedinginan, kepala juga pusing, fuck..dan akhirnya gue sakit gara-gara ujan-ujanan.
Pernah waktu itu pas pulang sekolah dan kebetulan waktu itu juga turun hujan. Tampa pikir panjang gue pacu motor bebek gue begitu kencang. Dak akhirnya tepat di per-tigaan depan masjid di dekat pasar. *Tiiiiinnnnn...ssssiiiittt* Sebuah angkutan umum dari arah selatan hampir saja aku menabraknya. Untung saja aku sigap. Langsung ku belokkan motorku ke pinggir jalan sampai menabrak pohon pisang.
"wooi...kalo naik motor hati-hati dong...jangan ugal-ugal gitu" bentak supir yg berlalu begitu saja sambil melototiku yang jatuh tersungkur.
Shit...bukannya nolongin itu supir malah pergi, marah-marahin gue lagi. Gue ingat betul muka itu supir plat nomor mobilnya juga. ya siapa tau tangan gue patah, tinggal gue laporin deh tuh. Hahaha pinter kan gue..
***
Hari ini cuaca cerah, rencananya sebelum pulang kerumah gue mau mampir ke toko buku sebentar. Sambil menahan sakit karena jatuh kemarin. Gue pacu motor gue ini dengan pelan. Toko buku itu terletak di depan pasar. Letaknya gak jauh dari sekolah gue, ya..3 menit juga udah sampe. Gue parkirkan motor gue , perlahan gue berjalan ke toko buku. Angin berhembus pelan mengibas rambut gue. Beeeh...berasa ganteng banget gue. Perlahan gue dorong itu pintu. eh gak bisa kebuka, taunya itu pintu ada tulisannya "tarik". Yaah...gagal keren gue gara-gara pintu.
Gue mulai mencari buku yang mau gue beli. Sedang sibuk mencari, tak sengaja aku menabrak seseorang. *bbuukk* bukunya jatuh. Gue reflek langsung bantuin ngambil itu buku. Romantis banget men...tapi fuck men yang gue tabrak ini cowok. Gue pun kaget langsung gue tinggalin itu orang. Seiring gue pergi matanya kedip-kedipin gue gitu. Anjis...pengen muntah gue.
Kembali gue nyari lagi itu buku. Nah akhirnya ketemu juga. Bersamaan dengan seseorang. Gue megang itu buku. *tapi kali ini cewek men*
"Eh...kamu mau beli buku ini juga" tanyaku padanya.
"hmmm..iya..tapi ini..lagi pula kamu duluan kan yang ngambil" jawabnya dengan lembut.
"gak apa-apa ini buat kamu. Lagi pula masih banyak itu di rak"
"oh iya..."
"eh kamu anak kelas X.3 kan ?" m
Tanyaku..karena aku pernah melihat gadis ini.
"iya..kamu kok tau"
"tau dong..kita kan satu sekolahan"
Kini aku tau, gadis manis itu bernama Vena. Vena ini sangat asik diajak ngobrol. Baru saja bertemu kami sudah sangat akrab.
***
Seorang gadis cantik duduk di depan gerbang, dengan wajah tak sabar. Mungkin ia sedang menunggu jemput-an.
"ven...kok belum pulang ? Masih nungguin jemput-an ya? " sapaku padanya.
"eh, kamu...iya nih. Lama banget."
Dalem hati gue berkata. Wah kesempatan gue nih biar lebih deket sama dia. Gue anterin pulang ah.
"mas...kok bengong? " tanya vena sambil mengayunkan tangannya di depan wajahku yang sedari tadi senyum-senyum sendiri.
"eh..enggak kok, nggak apa-apa. Kamu mau aku anterin pulang? "
"hmm, ntar ngrepotin kamu lagi"
"yaa..nggak akan lah..buat gadis semanis kamu, apa sih yang nggak"
"hehe..dasar gombal. Ya udah deh ayuk"
Aku pun mengantarnya pulang. Aku disuruh mampir dulu dirumahnya.
"mau minum apa mas ?" tanyanya padaku.
"hmm, apa aja deh. Asal yang bikin kamu pasti enak"
"hehehe..iya bentar ya tak bikinin"
Tak lama kemudian, datang sebuah mobil angkutan. Dan parkir di depan rumahnya.
"kayaknya gue pernah liat ini mobil dimana ya"
Kemudian keluarlah seseorang dari mobil tersebut. Wajahnya tak asing bagiku.
"assalamualaikum" orang itu masuk ke dalam.
"waalaikumsalam" kaget gue..ternyata dia orang yang waktu itu mau nabrak gue.
"lho...bapak kok ada disini"
"harusnya saya yang tanya kamu ngapain ada disini. Ini rumah saya"
"lho..bapak kenal sama mas wahyu?" tanya vena sambil membawa minuman.
Akhirnya kami duduk bersama. Dan aku menceritakan kejadian waktu itu pada vena. Dia hanya tertawa. Akupun minta maaf pada sopir itu yang ternyata bapaknya. Dan terciptalah sebuah kehangatan diruang tamu.
Kebetulan-kebetulan itulah yang menumbuhkan benih-benih cintaku pada vena. Dan kini aku dan vena sudah menjalin hubungan yang bisa dibilang sangat awet. Kini kami berdua sudah kelas XI dan kami juga berada dalam satu kelas.
©2014